KENANGAN
MANIS
” Serbu mereka,
kita kalahkan mereka malam ini juga !”
perintahku kepada bawahanku
Malam itu juga terjadi perkelahian
pelajar di trotoar jalanan. Perkelahian antara SMAN 1 dan SMAN 2. Kedua genk
anak anak SMA ini sudah lama saling membenci. Sudah mendarah daging bagi kedua
SMA tersebut untuk selalu berkelahi walaupun hal hal yang sepele. Dahulu antara
ketua genk SMAN 1 dan SMAN 2 mempunyai masalah pribadi yang amat pelik sehingga
membuat membuat bawahan mereka juga ikut campur dengan masalah mereka. Hingga
sekarang ketua ketua genk yang selalu berganti setiap kelulusannya selalu
saling membenci sampai tidak tahu menahu lagi kenapa mereka amat sangat saling
membenci hingga sekarang. Cerita dahulu tersebut hampir dilupakan yang mereka
tahu hanyalah hanya benar benar membenci. Itu sangat mengurat akar padaku.
Aku ikut dalam perkelahian tersebut
dengan memimpin genkku yang berjumlah 50 orang sampai ada beberapa polisi yang
berusaha untuk menangkap kami. Kami lintang pukang untuk kabur. Kami anak genk
SMAN 2 yang sudah amat terlatih untuk posisi seperti ini dengan mudahnya kabur
dan melesat sehingga tak ada satupun dari kami yang berhasil di tangkap. Begitu
juga dengan genk SMAN 1 itu.
Aku adalah perempuan satu satunya di
genk SMA ini. Mereka menobatkan aku sebagai ketua mereka karena sikapku benar
benar kejantanan tidak seperti cewek cewek lainnya di SMA ini . Aku layaknya
seorang ratu di sekolah ini. Semua orang takut padaku tak terkecuali guru guru.
Mereka juga takut dipecat jika menghukumku yang amat sangat tidak tahu diri.
Karena orang tuaku pemilik sekolah ini.
Awalnya aku masuk sebagai siswi kelas
1 di SMA 2 ini sebagai orang yang super cuek terhadap apapun. Aku tak punya
teman laki laki maupun perempuan. Di kelas aku hanya tertidur pulas dengan
tenangnya dan hidup hanya ketika jam istirahat.
Anak anak cowok dari kelas 1 sampai 3
seiring aku berjalan ke kantin. Melihat cewek bening sedikit sering menggodaku
dan menggangguku ala anak remaja sekarang. Tiga hari berlalu seperti itu saja
aku masih bersabar dan tidak mengacuhkan mereka.
Hari keempat pertahananku sudah mulai
runtuh ketika rokku yang selutut itu mulai mereka usik. Aku mengerahkan semua jurus karateku ke semua
cowok yang mengerjai aku. Aku pemegang sabuk hitam selama SMP kemarin dengan
mudah menahan serangan mereka yang tidak
terima harus kalah dengan cewek didepan mereka. Semua cowok yang merasa dirinya
jago dalam perkelahian dari kelas 1 sampai kelas 3 ikut satu persatu melawan
aku. Tak tekecuali Joe siswa kelas 1 sama sepertiku dengan badan gumpalnya dan
wajahnya yang di beringas beringaskannya merasa dia jago dalam perkelahian
tinggal pukulan keras di perutnya yang buncit dia langsung terkapar di lantai.
Dia sedikit sadar dengan badannya yang kayak balon itu. Habis masa istirahatku
selama 20 menit hanya untuk menghantam penuh semua anak berandalan itu termasuk
ketua genk SMA itu yang sekarang duduk di kelas tiga.
Besoknya tidak ada lagi yang
menggangguku. Aku menjalani hari hariku dengan tenang dan santai. Dua hari
berlalu cowok cowok yang dahulu yang kalah olehku. Berbaris rapi disamping kiri
kananku memberikan jalan untukku untuk pergi ke kantin. Tapi tidak salah satu
dari mereka di ujung barisan itu memberikanku sepucuk surat yang isinya
singkat.
Kami
genk anak anak SMAN 2 terdiri dari anak anak cowok yang keren dan klimis dan
tentu saja pandai bergulat dari kelas 2 dan 3 sepakat untuk mengganti ketua
kami dan meminta kamu sebagai ketua baru genk kami
Aku memandang mereka semua dan
menghitung jumlah mereka. Mereka semua 30 orang. Di mataku mereka hanyalah
coeok coeok ingisan yang tidak tahu tentang apapun. Mereka menyebut diri mereka
keren, klimis dan pandai bergulat, huh… yang benar saja. Tapi terlintas sebentar di
otakku untuk menjadi ratu juga di sekolah bukan hanya di rumah. Aku
langsung menyambut keinginan mereka
dengan senyum tipis dan menyeringai.
” Mana minum gue ? gak becus kali sih
loe, ngambil minum aja pake acara lama lagi !” bentakku pada Joe yang ikut
bergabung dalam genk ini yang sekarang bertambah banyak seiring tahun berganti.
Seketika itu pula Joe memberikan jus jeruk yang kuminta. Badannya yang gumpal
itu juga membuatnya sedikit pikun dan gagap terasa aneh punya anak buah seperti
itu. Jam istirahat itu sangat panas kami sekumpulan anak kelas III IPA1 banyak
membeli es untuk kerongkongan kami yang sejak dari tadi kering mendengarkan
guru ceramah di kelas. Aku berandalan seperti ini sebenarnya aku juga termasuk
anak yang cerdas. Lihat saja kalau guru menerangkan di kelas. Mana pula aku
mendengarkannya. Lebih baik aku tidur saja. Banyak guru yang menyuruhku ke
depan kelas karena aku tidur untuk menerangkan ulang apa yang tadi dijelaskan.
Aku dengan santainya jalan dan menulis apa apa yang penting di papan tulis dan
menjelaskannya dengan singkat padat tepat. Tentu saja mudah dimengerti kawan
kawan di kelas dan itu untuk semua mata pelajaran Matematika, Bahasa Inggris,
Mandarin. Guru guru hanya bisa menganga melihatku bisa menjelaskannya ulang.
Teman teman semua pada kagum padaku. Mereka akan sangat senang kalau aku
membagikan semua jawabanku pada saat ujian. Aku tidak pernah belajar di rumah.
Aku hanya mengarang saja di papan tulis itu dan menjelaskan skenanya setelah
itu dan itu selalu benar. Karangan dan penjelasanku selalu benar yang hanya
sebentar terlints di otak. Tapi masalahnya jika aku tidur di kelas atau cabut
dan seketika balik ke sekolah guru langsung marah marah aku juga akan
melawannya. Sampai seperti ada peperangan antara guru dan murid. Walhasil anak
gadis rambut pirang dicat sedikit kemerah merahan dengan ikat tali satu
dibelakang badan tinggi kulit putih dan selalu memakai kalung tengkorak gelang
tengkorak biasa dipanggil Clara
sering terlihat diruang BP dan kantor. Secara rutin seminggu tiga kali. Surat
peringatanku sudah tidak bisa lagi terhitung jumlahnya. Semua hukuman sudah
dilalui kecuali pemanggilan orang tua dan Drop
Out . Aku menjalani masa masa hukuman biasa aja. Orang tuaku amat kaya raya
pemilik bisnis imperium terbesar di Indonesia. Aku tinggal memanggil pelayanku
untuk hukuman bersih bersih. Semua bawahanku hormat padaku.
Siang sepulang sekolah aku ingin ke
Pantai. Aku ingin menyendiri. Aku
mengendarai keretaku.
“Arghhhhhh…” Aku mengaduh kesakitan.
Kereta dengan kecepatan penuh menabrakku dari sisi yang berlawanan. Aku
mengerang kesakitan.
”Berengsek loe… Siapa loe .. liat liat
kalau jalan, gak becus banget si loe” aku terus saja marah padanya dan memaki
makinya. Lukaku parah di bagian kepala dan lutut. Aku melihat wajahnya ketika dia membuka
helmnya. Tunggu aku kenal wajah itu. Putih bersih berhidung mancung mata tajam
dan beringas rambut gondrong dan tinggi itu persis seperti wajah ketua genk
anak SMAN 1. Benar tidak salah lagi itu Leo. Dia langsung mengenali aku setelah
melihat wajahku.Tak terima dengan makianku Leo balik memakiku. Bukannya maaf
maafan. Akhirnya perkelahian hebat terjadi.
Aku terjatuh tersuruk lemah karena
kekalahanku melawannya. Karena dari awal aku sudah menahan rasa sakit. Dia
langsung pergi meninggalkanku yang berdarah
kesakitan. Aku langsung memanggil pelayanku untuk menjemputku ke rumah.
Dendamku sangat besar pada ketua genk itu. Aku sangat membencinya.
Ibuku sangat khawatir denganku dia
merawat lukaku hingga kutertidur.
Keesokan harinya aku dengan balutan perban dimana mana. Aku berangkat
sekolah. Tujuanku hanya satu besok sepulang sekolah kami akan membalaskan
dendam kepada genk itu.
Tak ada guru yang marah marah lagi
padaku hari itu. Mereka sudah sangat jera padaku. Padahal aku baru saja loncat
dari tembok belakang melewati mereka bersama anak anak lainnya kami hanya
berjumlah lima orang. Anak buahku semua menanyakan luka lukaku. Aku menjelaskan
syarat dengan kebencian kepada mereka. Mereka semua merokok didepanku. Kami
biasa nongkrong di bawah pohon pohon rindang agak jauh dari keramaian sehingga
kami bebas merokok. Aku selalu menolak setiap kali mereka menawarkan rokok
mereka. Aku selalu membentak mereka untuk tidak menawari aku lagi. Aku masih
berfikir untuk masa depanku.
Pulang sekolah seperti yang sudah
direncanakan kami 51 anak anak genk menatap ganas genk SMAN 1 itu. Jarak kami
dua meter sebelum saling menerkam. Lapangan rindang sedikit di deretan
pepohonan. Membuat warga tidak akan menyangka akan ada pertempuran hebat disana.
Semilir angin yang sejuk terasa sangat
menusuk di kulit kami semua para remaja yang bertingkah gila.
” Arghh…” Aku berteriak kencang
pertanda mulainya pertikaian. Pertikaian antara anak buahku dan Leo sangat
tragis. Aku dengan banyak perban di tubuhku tidak masalah kalau harus
berhadapan dengan Leo lagi. Pukulan hebat
hampir mengenai perutku. Aku mengelak dengan sigap. Aku balas hebat
dengan tak tik tipuku. Seakan aku akan menumbuk dadanya tapi dia seakan mengelak
melindungi dadanya. Maka dengan sigap aku memukul keras tepat di perutnya. Dia buncah dan memuncratkan darah
dari mulutnya. Tepat ketika dia terjatuh dan aku akan mendaratkan pukulan hebat
kedua mengenai dadanya, seketika itu pula banyak polisi merengsek ke dalam.
Mobil mobil polisi di berhentikan dari jarak yang jauh sehingga kami tidak
sadar polisi berada di sekitar kami. Aku dengan dendam kesumatku pada Leo
memukulkan pukulan keras terakhirku mengenai wajahnya sebelum aku kabur. Tapi
salah sebelum aku hendak pergi seorang
polisi menghadangku. Aku berusaha untuk melawannya tidak berdaya dengan pistol
yang diarahkannya tepat di mukaku. Aku hanya diam dan dibawanya perlahan. Aku
melihat 3 anak buahku, 5 anak buah genk lawan tertangkap juga. Aku juga melihat
Leo diseret oleh polisi lain. Kami dijatuhkan hukuman penjara selama tiga
tahun.
Setelah ayah dan ibuku tahu tentang
hal ini. Mereka sepakat untuk membiarkan aku di penjara selama 2 bulan sebagai
pelajaranku atas tingkahku selama ini sebelum membebaskanku dan anak buahku.
Aku dan Leo di tempatkan di satu penjara bersama para tawanan yang lain.
Sedangkan anak buahku dan Leo di tempatkan dalam satu penjara yang lain.
Aku hanya mendengus kesal di dalam
penjara itu. Aku dengan baju biru ala tahanan tidak menyangka akan seperti ini.
Hanya aku cewek disini. Lima orang tawanan itu mengganggu dan menggodaku. Aku
tahu mereka semua beringas tapi aku berani untuk melawan dan jadilah
perkelahian hebat disana. Akhirnya aku dan kelima tawanan itu sama sama menahan
sakit yang parah. Paling tidak mereka tidak seenaknya saja menggangguku setelah
tahu keahlianku dalam melawan hebat juga. Leo hanya diam saja setiap hari dan
tidak peduli dengan apapun yang terjadi termasuk perkelahianku dengan tawanan
yang lain. Dia selalu menyendiri di ujung penjara ini saja. Hari kelima ibunya
datang menjenguknya. Dia hanya diberi izin sebentar menemui ibunya. Setelah itu
dia menyendiri lagi dengan muka yang amat sangat bersedih.
Sore itu tidak biasanya dia
menghampiriku. Dia memberikan jatah minumannya kepadaku dengan cuek. Aku hanya
tercengang dan keherangan.
“Kenapa loe ? Gak ada hujan gak ada
angin ngasih gue minum loe” tanyaku padanya dan langsung menegak habis
minumannya. Kami duduk bersisian menghadap keluar penjara.
“Aku ingin ada orang yang mengetahui
rahasiaku sebelum mala mini aku akan membunuh diriku sendiri” terangnya padaku.
Aku hanya kaget mendengar ucapannya.
Dia sangat bodoh pikirku dalam hati.
“Gue anak pertama dari tiga
bersaudara. Kedua adikku masih SD dan memutuskan untuk berhenti sekolah karena
tiada biaya. Aku bisa bersekolah hasil berjudiku dengan teman teman. Ibuku
sakit parah dan ayahku pergi meninggalkannya sendirian dengan segala hutang dan
bunga buah dari berjudinya. Tak sanggup dia mempunyai istri yang sakit sakitan
dan hutang yang sangat banyak dia lepas tangan dan meninggalkan semuanya untuk
ibuku. Tadi ibuku memaksakan diri untuk bertemu denganku. Ibuku hanya di rumah
saja tidak sanggup membayar pengobatan di rumah sakit. Sedangkan kedua adikku
mengurus sendiri diri mereka dan ibu. Tak ada gunanya lagi hidupku. Inti
penjelasan ibu tadi adalah penggugatan penceraian ibu dan ayah akan diadakan
sekarang, sore ini. Ibu sangat kecewa padaku sampai harus masuk penjara ini.
Pacarku setelah tahu aku masuk penjara dan tahu aku tidak bisa membebaskan
diriku sendiri karena tiada uang langsung pergi meninggalkanku. Tak ada yang
tahu walaupun pacarku dahulu yang tahu tentang keluargaku yang miskin papa.
Mereka semua mengira aku kaya raya. Selalu mempunyai uang. Tentu saja aku
selalu menang dalam perkara judi menjudi itu. Sejak sekolah dasar aku kenal
dengan dunia tersebut. Dan sekarang untuk modal berjudi pun tak ada” Jelasnya
panjang lebar
“Kenapa loe membagi ceritamu pada gue
? SMA kita musuh bebuyutan ?” tanyaku
heran dan tak percaya dengan kisahnya yang sangat menyedihkan sungguh berbeda
dengan keluargaku.
“Karena hanya kau disini yang kukenal
dan yang mempunyai perasaan.” Jelasnya dan berangsur pergi meninggalkanku.
Perasaan
? .. astaga aku baru sadar kalau aku
mempunyai perasaan karena selama ini sikapku acuh tak acuh terhadap apapun
bahkan aku tak pernah benar benar menyayangi orang lain selain diriku. Aku
merenungkan kisahnya dan akan berakhir ke lembah keputus asaan hidup. Tapi
sepertinya ada yang ganjal. Kenapa aku tidak ingin dia bunuh diri ?.. Mungkin
setelah dia bercerita padaku hatiku mulai terbuka untuknya karena paling tidak
dia masih bisa berjuang hidup sampai sekarang dan kulihat ada sisi baik dalam
hatinya.
Malam itu aku melihat Leo menegak
penuh bergelas gelas penuh minuman keras. Aku tahu setelah 12 botol penuh akan
minuman keras itu akan membunuhnya. Aku mendekatinya dan mengambil botol yang
kesepuluh itu dari tangannya.
“Heh Clara apa urusan elo… kembalikan
minuman gue !” mintanya padaku dalam keadaan mabuk berat
Bukannya mengembalikan minumannya aku
malah memecahkann dan menumpahkan semua isinya beserta dua botol terakhir
lainnya.
“Heh apa mau elo.. apa urusannya
dengan elo” marah dia dan memaki makiku setelah itu. Dia berusaha untuk
menumbukku. Tapi sangat lemah karena dia sedang mabuk. Gampak saja aku menahan
dan balik menguncinya dengan tanganku sehingga dia tidak bisa bergerak.
“Leo gue juga gak tahu kenapa harus
ingin menggagalkan rencanamu yang pastinya gue sadar kalau gue punya sedikit
perasaan untuk menolong elo” bentakku padanya yang dibentak antara sadar dan
tidak.
Leo pergi dan mencari pisau dan
lansung mengisi mengiris urat nadi di tangannya. Sebelum dia melakukan itu aku
dengan kecepatan penuh merebut pisau itu dari tangannya.
“Leo sadar loe ! hidupmu itu masih
berguna. Siapa yang akan mengurus ibu loedan adik adik loe. Kita bisa berteman
dan gue akan bantu loe dan keluarga loe. Sadar !”
Leo memandangku. Gagal semua
rencananya untuk bunuh diri. Dia berteriak sekeras kerasnya dan meninggalkanku.
Dia menyendiri dan merenung. Tak ada makanan dan minuman yang ingin dimakannya.
Hari keempat dia mendatangin aku.
“Clara makasi loe uda nyadarin gue” katanya seikhlas mungkin
“Biasa aja kale manusia lumrahlah saling nyadarin” ucapku sekenanya
“Bukan gitu maksudku kenapa kau baik
padaku padahal kan dulunya genk kita tuh musuh bebuyutan?” tanyanya penasaran
“Entahlah gue juga gak tahu hati kecil
gue yang bilang untuk nyadarin elo”
“Ha ha ha..” Leo tertawa mendengar
jawabanku
“Loe lucu juga” tambahnya sambil melihatku
dalam. Setelah 5 detik kami sadar bahwa kami saling bertatapan.
“ OK baik aku pergi dulu. Aku mau
mengambil jatah makan. Lapar” curhatnya sambil pergi. Aku hanya memandanginya
berjalan menjauh.
Secara tidak sengaja kami sering
saling bersitatap satu sama lain. Walau dia disana dan aku disini. Kadang aku
memergok dia sedang memandangku dari jauh dan begitu pula sebaliknya. Pada
malam hari biasa dia mengajakku bercerita.
“Aku gak tahu kenapa SMA kita saling
membenci” katanya terus terang
“Ha ha ha… dulu ketua genk SMA1 dan 2
mempunyai masalah pribadi sampai melibatkan anak buah mereka. Jadi bencinya
sampai mengurat akar” terangku lucu
“Ada ada aja memang. Parahnya aku
tawuran gak jelasnya” akunya
“Ha ha ha..” kami tertawa terbahak
bahak.
Setelah
sekian lama akhirnya hari pembebasanku dan bawahannku tiba. Aku meminta ayahku
untuk membebaskan Leo dan bawahannya juga dibebaskan. Kami sangat senang dengan
kebebasan kami dan kontan kami saling berpelukan senang. Setelah sadar kami
kikuk kembali
“Makasi ya Clara berkat loe kami juga
bebas” ucapnya padaku
“Iya sama sama” jawabku tulus.
Hari pertama di sekolah setelah keluar
dari penjara. Aku sangat bersemangat. Benar kata orang orang sebenarnya orang
orang yang keluar dari penjara itu insaf karena terbelenggu di penjara tapi
karena celaan dari masyarakat dan mengecap mereka jahat dan selamanya gak akan
insaf itulah yang membuatnya jahat kembali. Semoga semua sadar kalau aku sudah
insaf.
Semua guru guru heran melihatku tiba
tiba mau belajar dan menyeringai senang. Aku yang cerdas akan semakin cerdas
dengan belajar. Anak buahku terheran heran denganku dan akhirnya juga ikut
ikutan belajar bersamaku. Hari hari itu kami benar benar insaf tidak ada lagi
cabut tidak ada lagi mencontek karena semua anak buahku tak ada yang kuberi
contekan dan tak ada lagi bentakan bentakan keras kepada guru guru dan tentu
saja tak ada lagi tawuran antar pelajar. Semua guru sangat bahagia.
Hal yang sama juga terjadi pada Leo
bedanya dia mempersiapkan rencana untuk memintaku jadi pacarnya. Dengan
persiapan yang sangat matang dia mengirimkan surat pada genk kami mengajak
tawuran kembali siang itu sepulang sekolah di tempat biasa.
Aku menerima surat itu heran kenapa
dia ingin megajak tawuran kembali setelah semua kejadian ini. Akhirnya aku
putuskan untuk menerima ajakannya.
Sepulang sekolah kami beramai ramai
menuju tempat yang dimaksud. Kami melihat banyak anak buah Leo yang menyeringai
senyum kepada kami semua bukan aura kebencian seperti biasanya. Kami heran dengan
semua itu. Kemudian aku melihat sosok Leo datang menuju ke arahku. Dia
mengenangan kemeja putih bergaris hitam dan celana jins sambil membawa bunga
mawar yang mekar rambutnya disisir rapi tidak seperti biasanya. Dia tampak
sangat menawan. Dia sudah berada tepat didepanku kemudian dia menunduk dan
setengah berjongkok menatap wajahku.
“Aku sadar setelah semua yang terjadi. Aku sangat
mencintai dan menyayangimu. Maukah kau menjadi pacarku Clara” ucapnya sambil
mengansurkan bunga padaku.
Aku bingung dan kaget atas semua
ucapannya. Ini sangat aneh dan akhirnya aku sadar sebenarnya hal yang sama
telah terjadi padaku juga. Setelah lama dia beringsut akhirnya aku mengambil
bunganya dan mencium baunya. Dia tersenyum bahagia.
“Jadi kau menerimaku ?” tanyanya meminta
kepastian.
“ ya “ jawabku tersenyum padanya. Demi
melihatku mengatakannya dia sangat senang tidak sadar dia loncat loncat
kegirangan hal itu membuat anak buahku dan dia bertepuk tangan senang saling
bersuka cita juga. Aku tertawa melihat mereka semua dan pertemuan itu diakhiri
dengan saling meminta maaf antar genk. Tidak akan ada lagi permusuhan disini.
Aku sangat bahagia bahkan aku hampir
benar benar feminim. Sudah tak terlihat lagi sisa sisa ketomboianku. Kecuali
ketika diperlukan. Nilai nilaiku meningkat drastis dan sampai yang teratas
begitu pula dengan Leo walaupun tidak yang paling atas nilainya juga naik. Kami
melewati UN dengan baik dan menyambut suka cita kami lulus SMA. Masa masa yang
sangat menyenangkan.
Ketika itu aku dan Leo jalan berdua ke
pantai di Jakarta setelah lulus SMA. Kami ingin melanjutkan di Universitas yang
sama walaupun berbeda jurusan.
“Sayang aku sebentar membeli minuman
ya” ucapnya padaku. Ketika itu kami sedang duduk di pinggiran pantai sambil
menatap senja yang indah. Aku hanya tersenyum menanggapinya.
Leo membeli minuman dan dia melihat
nenek tua yang sedang menyembrang. Nenek itu sangat lambat berjalan. Seketika
itu mobil truk yang sangat kencang akan melintasi jalan itu. Tanpa berfikir
panjang Leo mendorong nenek itu pelan sehingga selamat dan membiarkan dirinya
trlintas truk tersebut. Leo meninggal dalam kondisi ganas. Truk tersebut hanya
meninggalkannya begitu saja.
Aku setelah tahu dari penjual minuman
tersebut lari sekencang kencangnya. Aku menjerit ketika melihatnya berlumuran
darah. Aku menangis sejadi jadinya. Aku meraung dan menjerit. Baru sebentar
masa masa indah itu. Baru sebentar aku merasakan cinta pertamaku. Aku terus
saja menangis dan menjerit sejadi jadinya.
Leo dimakamkan keesokan harinya
bersama semua keluarga dan genk kami. Aku menangis dan terus menangis
memandangin jenazahnya yang akan dimasukkan ke liang lahat. Tak kuasa aku
melihatnya.
Aku sangat berkabung. Setelah tiga
hari di perenunganku aku akhirnya sadar kalau aku tidak boleh terus seperti
ini. Aku yakin dia tidak mau melihatku terus seperti ini. Dia pasti ingin
melihatku bersemangat lagi. Aku akhirnya sadar dia akan terus ada dihatiku
walau tidak ada lagi jasadnya bersamaku.Aku akan terus menjalani hidupku dengan
baik. Sampai tiba saatnya nanti aku menemukan orang lain untuk menjadi
pendamping hidupku aku akan terus mengingatmu sebagai kenangan terindah masa
SMAku.