Minggu, 30 Agustus 2015



KENANGAN MANIS

” Serbu mereka, kita kalahkan mereka malam ini juga !”  perintahku kepada bawahanku
          Malam itu juga terjadi perkelahian pelajar di trotoar jalanan. Perkelahian antara SMAN 1 dan SMAN 2. Kedua genk anak anak SMA ini sudah lama saling membenci. Sudah mendarah daging bagi kedua SMA tersebut untuk selalu berkelahi walaupun hal hal yang sepele. Dahulu antara ketua genk SMAN 1 dan SMAN 2 mempunyai masalah pribadi yang amat pelik sehingga membuat membuat bawahan mereka juga ikut campur dengan masalah mereka. Hingga sekarang ketua ketua genk yang selalu berganti setiap kelulusannya selalu saling membenci sampai tidak tahu menahu lagi kenapa mereka amat sangat saling membenci hingga sekarang. Cerita dahulu tersebut hampir dilupakan yang mereka tahu hanyalah hanya benar benar membenci. Itu sangat mengurat akar padaku.
          Aku ikut dalam perkelahian tersebut dengan memimpin genkku yang berjumlah 50 orang sampai ada beberapa polisi yang berusaha untuk menangkap kami. Kami lintang pukang untuk kabur. Kami anak genk SMAN 2 yang sudah amat terlatih untuk posisi seperti ini dengan mudahnya kabur dan melesat sehingga tak ada satupun dari kami yang berhasil di tangkap. Begitu juga dengan genk SMAN 1 itu.
          Aku adalah perempuan satu satunya di genk SMA ini. Mereka menobatkan aku sebagai ketua mereka karena sikapku benar benar kejantanan tidak seperti cewek cewek lainnya di SMA ini . Aku layaknya seorang ratu di sekolah ini. Semua orang takut padaku tak terkecuali guru guru. Mereka juga takut dipecat jika menghukumku yang amat sangat tidak tahu diri. Karena orang tuaku pemilik sekolah ini.
          Awalnya aku masuk sebagai siswi kelas 1 di SMA 2 ini sebagai orang yang super cuek terhadap apapun. Aku tak punya teman laki laki maupun perempuan. Di kelas aku hanya tertidur pulas dengan tenangnya dan hidup hanya ketika jam istirahat.
          Anak anak cowok dari kelas 1 sampai 3 seiring aku berjalan ke kantin. Melihat cewek bening sedikit sering menggodaku dan menggangguku ala anak remaja sekarang. Tiga hari berlalu seperti itu saja aku masih bersabar dan tidak mengacuhkan mereka.
          Hari keempat pertahananku sudah mulai runtuh ketika rokku yang selutut itu mulai mereka usik.  Aku mengerahkan semua jurus karateku ke semua cowok yang mengerjai aku. Aku pemegang sabuk hitam selama SMP kemarin dengan mudah menahan serangan mereka yang  tidak terima harus kalah dengan cewek didepan mereka. Semua cowok yang merasa dirinya jago dalam perkelahian dari kelas 1 sampai kelas 3 ikut satu persatu melawan aku. Tak tekecuali Joe siswa kelas 1 sama sepertiku dengan badan gumpalnya dan wajahnya yang di beringas beringaskannya merasa dia jago dalam perkelahian tinggal pukulan keras di perutnya yang buncit dia langsung terkapar di lantai. Dia sedikit sadar dengan badannya yang kayak balon itu. Habis masa istirahatku selama 20 menit hanya untuk menghantam penuh semua anak berandalan itu termasuk ketua genk SMA itu yang sekarang duduk di kelas tiga.
          Besoknya tidak ada lagi yang menggangguku. Aku menjalani hari hariku dengan tenang dan santai. Dua hari berlalu cowok cowok yang dahulu yang kalah olehku. Berbaris rapi disamping kiri kananku memberikan jalan untukku untuk pergi ke kantin. Tapi tidak salah satu dari mereka di ujung barisan itu memberikanku sepucuk surat yang isinya singkat.
          Kami genk anak anak SMAN 2 terdiri dari anak anak cowok yang keren dan klimis dan tentu saja pandai bergulat dari kelas 2 dan 3 sepakat untuk mengganti ketua kami dan meminta kamu sebagai ketua baru genk kami
          Aku memandang mereka semua dan menghitung jumlah mereka. Mereka semua 30 orang. Di mataku mereka hanyalah coeok coeok ingisan yang tidak tahu tentang apapun. Mereka menyebut diri mereka keren, klimis dan pandai bergulat, huh…  yang benar saja. Tapi terlintas sebentar di otakku untuk menjadi ratu juga di sekolah bukan hanya di rumah. Aku langsung  menyambut keinginan mereka dengan senyum tipis dan menyeringai.
          ” Mana minum gue ? gak becus kali sih loe, ngambil minum aja pake acara lama lagi !” bentakku pada Joe yang ikut bergabung dalam genk ini yang sekarang bertambah banyak seiring tahun berganti. Seketika itu pula Joe memberikan jus jeruk yang kuminta. Badannya yang gumpal itu juga membuatnya sedikit pikun dan gagap terasa aneh punya anak buah seperti itu. Jam istirahat itu sangat panas kami sekumpulan anak kelas III IPA1 banyak membeli es untuk kerongkongan kami yang sejak dari tadi kering mendengarkan guru ceramah di kelas. Aku berandalan seperti ini sebenarnya aku juga termasuk anak yang cerdas. Lihat saja kalau guru menerangkan di kelas. Mana pula aku mendengarkannya. Lebih baik aku tidur saja. Banyak guru yang menyuruhku ke depan kelas karena aku tidur untuk menerangkan ulang apa yang tadi dijelaskan. Aku dengan santainya jalan dan menulis apa apa yang penting di papan tulis dan menjelaskannya dengan singkat padat tepat. Tentu saja mudah dimengerti kawan kawan di kelas dan itu untuk semua mata pelajaran Matematika, Bahasa Inggris, Mandarin. Guru guru hanya bisa menganga melihatku bisa menjelaskannya ulang. Teman teman semua pada kagum padaku. Mereka akan sangat senang kalau aku membagikan semua jawabanku pada saat ujian. Aku tidak pernah belajar di rumah. Aku hanya mengarang saja di papan tulis itu dan menjelaskan skenanya setelah itu dan itu selalu benar. Karangan dan penjelasanku selalu benar yang hanya sebentar terlints di otak. Tapi masalahnya jika aku tidur di kelas atau cabut dan seketika balik ke sekolah guru langsung marah marah aku juga akan melawannya. Sampai seperti ada peperangan antara guru dan murid. Walhasil anak gadis rambut pirang dicat sedikit kemerah merahan dengan ikat tali satu dibelakang badan tinggi kulit putih dan selalu memakai kalung tengkorak gelang tengkorak biasa dipanggil Clara sering terlihat diruang BP dan kantor. Secara rutin seminggu tiga kali. Surat peringatanku sudah tidak bisa lagi terhitung jumlahnya. Semua hukuman sudah dilalui kecuali pemanggilan orang tua dan Drop Out . Aku menjalani masa masa hukuman biasa aja. Orang tuaku amat kaya raya pemilik bisnis imperium terbesar di Indonesia. Aku tinggal memanggil pelayanku untuk hukuman bersih bersih. Semua bawahanku hormat padaku.
          Siang sepulang sekolah aku ingin ke Pantai. Aku ingin  menyendiri. Aku mengendarai keretaku.
          “Arghhhhhh…” Aku mengaduh kesakitan. Kereta dengan kecepatan penuh menabrakku dari sisi yang berlawanan. Aku mengerang kesakitan.
          ”Berengsek loe… Siapa loe .. liat liat kalau jalan, gak becus banget si loe” aku terus saja marah padanya dan memaki makinya. Lukaku parah di bagian kepala dan lutut.  Aku melihat wajahnya ketika dia membuka helmnya. Tunggu aku kenal wajah itu. Putih bersih berhidung mancung mata tajam dan beringas rambut gondrong dan tinggi itu persis seperti wajah ketua genk anak SMAN 1. Benar tidak salah lagi itu Leo. Dia langsung mengenali aku setelah melihat wajahku.Tak terima dengan makianku Leo balik memakiku. Bukannya maaf maafan. Akhirnya perkelahian hebat terjadi.
          Aku terjatuh tersuruk lemah karena kekalahanku melawannya. Karena dari awal aku sudah menahan rasa sakit. Dia langsung pergi meninggalkanku yang berdarah  kesakitan. Aku langsung memanggil pelayanku untuk menjemputku ke rumah. Dendamku sangat besar pada ketua genk itu. Aku sangat membencinya.
          Ibuku sangat khawatir denganku dia merawat lukaku hingga kutertidur.  Keesokan harinya aku dengan balutan perban dimana mana. Aku berangkat sekolah. Tujuanku hanya satu besok sepulang sekolah kami akan membalaskan dendam kepada genk itu.
          Tak ada guru yang marah marah lagi padaku hari itu. Mereka sudah sangat jera padaku. Padahal aku baru saja loncat dari tembok belakang melewati mereka bersama anak anak lainnya kami hanya berjumlah lima orang. Anak buahku semua menanyakan luka lukaku. Aku menjelaskan syarat dengan kebencian kepada mereka. Mereka semua merokok didepanku. Kami biasa nongkrong di bawah pohon pohon rindang agak jauh dari keramaian sehingga kami bebas merokok. Aku selalu menolak setiap kali mereka menawarkan rokok mereka. Aku selalu membentak mereka untuk tidak menawari aku lagi. Aku masih berfikir untuk masa depanku.
          Pulang sekolah seperti yang sudah direncanakan kami 51 anak anak genk menatap ganas genk SMAN 1 itu. Jarak kami dua meter sebelum saling menerkam. Lapangan rindang sedikit di deretan pepohonan. Membuat warga tidak akan menyangka akan ada pertempuran hebat disana.
          Semilir angin yang sejuk terasa sangat menusuk di kulit kami semua para remaja yang bertingkah gila.  
          ” Arghh…” Aku berteriak kencang pertanda mulainya pertikaian. Pertikaian antara anak buahku dan Leo sangat tragis. Aku dengan banyak perban di tubuhku tidak masalah kalau harus berhadapan dengan Leo lagi. Pukulan hebat  hampir mengenai perutku. Aku mengelak dengan sigap. Aku balas hebat dengan tak tik tipuku. Seakan aku akan menumbuk dadanya tapi dia seakan mengelak melindungi dadanya. Maka dengan sigap aku memukul keras tepat di  perutnya. Dia buncah dan memuncratkan darah dari mulutnya. Tepat ketika dia terjatuh dan aku akan mendaratkan pukulan hebat kedua mengenai dadanya, seketika itu pula banyak polisi merengsek ke dalam. Mobil mobil polisi di berhentikan dari jarak yang jauh sehingga kami tidak sadar polisi berada di sekitar kami. Aku dengan dendam kesumatku pada Leo memukulkan pukulan keras terakhirku mengenai wajahnya sebelum aku kabur. Tapi salah sebelum aku hendak pergi  seorang polisi menghadangku. Aku berusaha untuk melawannya tidak berdaya dengan pistol yang diarahkannya tepat di mukaku. Aku hanya diam dan dibawanya perlahan. Aku melihat 3 anak buahku, 5 anak buah genk lawan tertangkap juga. Aku juga melihat Leo diseret oleh polisi lain. Kami dijatuhkan hukuman penjara selama tiga tahun.
          Setelah ayah dan ibuku tahu tentang hal ini. Mereka sepakat untuk membiarkan aku di penjara selama 2 bulan sebagai pelajaranku atas tingkahku selama ini sebelum membebaskanku dan anak buahku. Aku dan Leo di tempatkan di satu penjara bersama para tawanan yang lain. Sedangkan anak buahku dan Leo di tempatkan dalam satu penjara yang lain.
          Aku hanya mendengus kesal di dalam penjara itu. Aku dengan baju biru ala tahanan tidak menyangka akan seperti ini. Hanya aku cewek disini. Lima orang tawanan itu mengganggu dan menggodaku. Aku tahu mereka semua beringas tapi aku berani untuk melawan dan jadilah perkelahian hebat disana. Akhirnya aku dan kelima tawanan itu sama sama menahan sakit yang parah. Paling tidak mereka tidak seenaknya saja menggangguku setelah tahu keahlianku dalam melawan hebat juga. Leo hanya diam saja setiap hari dan tidak peduli dengan apapun yang terjadi termasuk perkelahianku dengan tawanan yang lain. Dia selalu menyendiri di ujung penjara ini saja. Hari kelima ibunya datang menjenguknya. Dia hanya diberi izin sebentar menemui ibunya. Setelah itu dia menyendiri lagi dengan muka yang amat sangat bersedih.
          Sore itu tidak biasanya dia menghampiriku. Dia memberikan jatah minumannya kepadaku dengan cuek. Aku hanya tercengang dan keherangan.
          “Kenapa loe ? Gak ada hujan gak ada angin ngasih gue minum loe” tanyaku padanya dan langsung menegak habis minumannya. Kami duduk bersisian menghadap keluar penjara.
          “Aku ingin ada orang yang mengetahui rahasiaku sebelum mala mini aku akan membunuh diriku sendiri” terangnya padaku.
          Aku hanya kaget mendengar ucapannya. Dia sangat bodoh pikirku dalam hati.
          “Gue anak pertama dari tiga bersaudara. Kedua adikku masih SD dan memutuskan untuk berhenti sekolah karena tiada biaya. Aku bisa bersekolah hasil berjudiku dengan teman teman. Ibuku sakit parah dan ayahku pergi meninggalkannya sendirian dengan segala hutang dan bunga buah dari berjudinya. Tak sanggup dia mempunyai istri yang sakit sakitan dan hutang yang sangat banyak dia lepas tangan dan meninggalkan semuanya untuk ibuku. Tadi ibuku memaksakan diri untuk bertemu denganku. Ibuku hanya di rumah saja tidak sanggup membayar pengobatan di rumah sakit. Sedangkan kedua adikku mengurus sendiri diri mereka dan ibu. Tak ada gunanya lagi hidupku. Inti penjelasan ibu tadi adalah penggugatan penceraian ibu dan ayah akan diadakan sekarang, sore ini. Ibu sangat kecewa padaku sampai harus masuk penjara ini. Pacarku setelah tahu aku masuk penjara dan tahu aku tidak bisa membebaskan diriku sendiri karena tiada uang langsung pergi meninggalkanku. Tak ada yang tahu walaupun pacarku dahulu yang tahu tentang keluargaku yang miskin papa. Mereka semua mengira aku kaya raya. Selalu mempunyai uang. Tentu saja aku selalu menang dalam perkara judi menjudi itu. Sejak sekolah dasar aku kenal dengan dunia tersebut. Dan sekarang untuk modal berjudi pun tak ada” Jelasnya panjang lebar
          “Kenapa loe membagi ceritamu pada gue ? SMA kita musuh bebuyutan  ?” tanyaku heran dan tak percaya dengan kisahnya yang sangat menyedihkan sungguh berbeda dengan keluargaku.
          “Karena hanya kau disini yang kukenal dan yang mempunyai perasaan.” Jelasnya dan berangsur pergi meninggalkanku.
          Perasaan ? ..  astaga aku baru sadar kalau aku mempunyai perasaan karena selama ini sikapku acuh tak acuh terhadap apapun bahkan aku tak pernah benar benar menyayangi orang lain selain diriku. Aku merenungkan kisahnya dan akan berakhir ke lembah keputus asaan hidup. Tapi sepertinya ada yang ganjal. Kenapa aku tidak ingin dia bunuh diri ?.. Mungkin setelah dia bercerita padaku hatiku mulai terbuka untuknya karena paling tidak dia masih bisa berjuang hidup sampai sekarang dan kulihat ada sisi baik dalam hatinya.
          Malam itu aku melihat Leo menegak penuh bergelas gelas penuh minuman keras. Aku tahu setelah 12 botol penuh akan minuman keras itu akan membunuhnya. Aku mendekatinya dan mengambil botol yang kesepuluh itu dari tangannya.
          “Heh Clara apa urusan elo… kembalikan minuman gue !” mintanya padaku dalam keadaan mabuk berat
          Bukannya mengembalikan minumannya aku malah memecahkann dan menumpahkan semua isinya beserta dua botol terakhir lainnya.
          “Heh apa mau elo.. apa urusannya dengan elo” marah dia dan memaki makiku setelah itu. Dia berusaha untuk menumbukku. Tapi sangat lemah karena dia sedang mabuk. Gampak saja aku menahan dan balik menguncinya dengan tanganku sehingga dia tidak bisa bergerak.
          “Leo gue juga gak tahu kenapa harus ingin menggagalkan rencanamu yang pastinya gue sadar kalau gue punya sedikit perasaan untuk menolong elo” bentakku padanya yang dibentak antara sadar dan tidak.
          Leo pergi dan mencari pisau dan lansung mengisi mengiris urat nadi di tangannya. Sebelum dia melakukan itu aku dengan kecepatan penuh merebut pisau itu dari tangannya.
          “Leo sadar loe ! hidupmu itu masih berguna. Siapa yang akan mengurus ibu loedan adik adik loe. Kita bisa berteman dan gue akan bantu loe dan keluarga loe. Sadar !”
          Leo memandangku. Gagal semua rencananya untuk bunuh diri. Dia berteriak sekeras kerasnya dan meninggalkanku. Dia menyendiri dan merenung. Tak ada makanan dan minuman yang ingin dimakannya. Hari keempat dia mendatangin aku.
          “Clara makasi loe  uda nyadarin gue” katanya seikhlas mungkin
          “Biasa aja kale manusia lumrahlah saling nyadarin” ucapku sekenanya
          “Bukan gitu maksudku kenapa kau baik padaku padahal kan dulunya genk kita tuh musuh bebuyutan?” tanyanya penasaran
          “Entahlah gue juga gak tahu hati kecil gue yang bilang untuk nyadarin elo”
          “Ha ha ha..” Leo tertawa mendengar jawabanku
          “Loe lucu juga” tambahnya sambil melihatku dalam. Setelah 5 detik kami sadar bahwa kami saling bertatapan.
          “ OK baik aku pergi dulu. Aku mau mengambil jatah makan. Lapar” curhatnya sambil pergi. Aku hanya memandanginya berjalan menjauh.
          Secara tidak sengaja kami sering saling bersitatap satu sama lain. Walau dia disana dan aku disini. Kadang aku memergok dia sedang memandangku dari jauh dan begitu pula sebaliknya. Pada malam hari biasa dia mengajakku bercerita.
          “Aku gak tahu kenapa SMA kita saling membenci” katanya terus terang
          “Ha ha ha… dulu ketua genk SMA1 dan 2 mempunyai masalah pribadi sampai melibatkan anak buah mereka. Jadi bencinya sampai mengurat akar” terangku lucu
          “Ada ada aja memang. Parahnya aku tawuran gak jelasnya” akunya
          “Ha ha ha..” kami tertawa terbahak bahak.
         
Setelah sekian lama akhirnya hari pembebasanku dan bawahannku tiba. Aku meminta ayahku untuk membebaskan Leo dan bawahannya juga dibebaskan. Kami sangat senang dengan kebebasan kami dan kontan kami saling berpelukan senang. Setelah sadar kami kikuk kembali
          “Makasi ya Clara berkat loe kami juga bebas” ucapnya padaku
          “Iya sama sama” jawabku tulus.

          Hari pertama di sekolah setelah keluar dari penjara. Aku sangat bersemangat. Benar kata orang orang sebenarnya orang orang yang keluar dari penjara itu insaf karena terbelenggu di penjara tapi karena celaan dari masyarakat dan mengecap mereka jahat dan selamanya gak akan insaf itulah yang membuatnya jahat kembali. Semoga semua sadar kalau aku sudah insaf.
          Semua guru guru heran melihatku tiba tiba mau belajar dan menyeringai senang. Aku yang cerdas akan semakin cerdas dengan belajar. Anak buahku terheran heran denganku dan akhirnya juga ikut ikutan belajar bersamaku. Hari hari itu kami benar benar insaf tidak ada lagi cabut tidak ada lagi mencontek karena semua anak buahku tak ada yang kuberi contekan dan tak ada lagi bentakan bentakan keras kepada guru guru dan tentu saja tak ada lagi tawuran antar pelajar. Semua guru sangat bahagia.
          Hal yang sama juga terjadi pada Leo bedanya dia mempersiapkan rencana untuk memintaku jadi pacarnya. Dengan persiapan yang sangat matang dia mengirimkan surat pada genk kami mengajak tawuran kembali siang itu sepulang sekolah di tempat biasa.
          Aku menerima surat itu heran kenapa dia ingin megajak tawuran kembali setelah semua kejadian ini. Akhirnya aku putuskan untuk menerima ajakannya.
          Sepulang sekolah kami beramai ramai menuju tempat yang dimaksud. Kami melihat banyak anak buah Leo yang menyeringai senyum kepada kami semua bukan aura kebencian seperti biasanya. Kami heran dengan semua itu. Kemudian aku melihat sosok Leo datang menuju ke arahku. Dia mengenangan kemeja putih bergaris hitam dan celana jins sambil membawa bunga mawar yang mekar rambutnya disisir rapi tidak seperti biasanya. Dia tampak sangat menawan. Dia sudah berada tepat didepanku kemudian dia menunduk dan setengah berjongkok menatap wajahku.
          “Aku sadar  setelah semua yang terjadi. Aku sangat mencintai dan menyayangimu. Maukah kau menjadi pacarku Clara” ucapnya sambil mengansurkan bunga padaku.
          Aku bingung dan kaget atas semua ucapannya. Ini sangat aneh dan akhirnya aku sadar sebenarnya hal yang sama telah terjadi padaku juga. Setelah lama dia beringsut akhirnya aku mengambil bunganya dan mencium baunya. Dia tersenyum bahagia.
          “Jadi kau menerimaku ?” tanyanya meminta kepastian.
          “ ya “ jawabku tersenyum padanya. Demi melihatku mengatakannya dia sangat senang tidak sadar dia loncat loncat kegirangan hal itu membuat anak buahku dan dia bertepuk tangan senang saling bersuka cita juga. Aku tertawa melihat mereka semua dan pertemuan itu diakhiri dengan saling meminta maaf antar genk. Tidak akan ada lagi permusuhan disini.
          Aku sangat bahagia bahkan aku hampir benar benar feminim. Sudah tak terlihat lagi sisa sisa ketomboianku. Kecuali ketika diperlukan. Nilai nilaiku meningkat drastis dan sampai yang teratas begitu pula dengan Leo walaupun tidak yang paling atas nilainya juga naik. Kami melewati UN dengan baik dan menyambut suka cita kami lulus SMA. Masa masa yang sangat menyenangkan.
          Ketika itu aku dan Leo jalan berdua ke pantai di Jakarta setelah lulus SMA. Kami ingin melanjutkan di Universitas yang sama walaupun berbeda jurusan.
          “Sayang aku sebentar membeli minuman ya” ucapnya padaku. Ketika itu kami sedang duduk di pinggiran pantai sambil menatap senja yang indah. Aku hanya tersenyum menanggapinya.
          Leo membeli minuman dan dia melihat nenek tua yang sedang menyembrang. Nenek itu sangat lambat berjalan. Seketika itu mobil truk yang sangat kencang akan melintasi jalan itu. Tanpa berfikir panjang Leo mendorong nenek itu pelan sehingga selamat dan membiarkan dirinya trlintas truk tersebut. Leo meninggal dalam kondisi ganas. Truk tersebut hanya meninggalkannya begitu saja.
          Aku setelah tahu dari penjual minuman tersebut lari sekencang kencangnya. Aku menjerit ketika melihatnya berlumuran darah. Aku menangis sejadi jadinya. Aku meraung dan menjerit. Baru sebentar masa masa indah itu. Baru sebentar aku merasakan cinta pertamaku. Aku terus saja menangis dan menjerit sejadi jadinya.
          Leo dimakamkan keesokan harinya bersama semua keluarga dan genk kami. Aku menangis dan terus menangis memandangin jenazahnya yang akan dimasukkan ke liang lahat. Tak kuasa aku melihatnya.
          Aku sangat berkabung. Setelah tiga hari di perenunganku aku akhirnya sadar kalau aku tidak boleh terus seperti ini. Aku yakin dia tidak mau melihatku terus seperti ini. Dia pasti ingin melihatku bersemangat lagi. Aku akhirnya sadar dia akan terus ada dihatiku walau tidak ada lagi jasadnya bersamaku.Aku akan terus menjalani hidupku dengan baik. Sampai tiba saatnya nanti aku menemukan orang lain untuk menjadi pendamping hidupku aku akan terus mengingatmu sebagai kenangan terindah masa SMAku.
         
           

           
         
         
         

Sabtu, 29 Agustus 2015



ANGGAPAN CINTA

Hey…. Aku merasa aku kurang beruntung dalam masalah cinta. Sejak kecil aku tak pernah pacaran. Aku tidak pernah menyatakan cinta dan dinyatakan cinta. Kadang aku berfikir apa karena aku yang berperawakan kurus ceking dengan wajah coklat manis. Stylelist ku si biasa saja tidak  terlalu mencolok seperti anak gadis lain kebanyakan seperti baju kaus berenda dengan celana jins dan rambut yang diikat satu.
Kisah cintaku berawal saat masa SD ku ketika itu aku duduk di kelas 5 SD. Aku tanpa disadari sering bermain main dengan temanku Ardiansyah. Dia duduk tepat didepanku. Itu membuat kami sering bermain sepanjang tidak ada guru. Perlahan aku merasakan kenyamanan saat bersamanya dan cemburu ketika dia bermain dengan teman cewek yang lain. Badannya yang semampai dengan wajah manis dan dagu yang menonjol membuatnya tampak memesona. Tak heran kalau dia banyak disukai teman teman cewek yang lain.
Kami duduk di tempat yang sama kelas 6 SD. Kami semakin dekat. Dia selalu memanggilku “kak Shofi…” dengan panggilan yang sangat lembut dan setelah itu kami bercerita ngalor ngidul dan diiringi dengan gelak tawa. Dia sangat peduli padaku apapun yang terjadi padaku. Pernah suatu hari ada dua teman cowok kami berkelahi di kelas membuat situasi heboh dan mencengangkan. Ardiansyah berusaha memisahkan mereka tetapi malah dia yang kena banyak pukulan dari kedua teman tersebut, Ardiansyah yang sudah kalap emosi memanggil guru dan mereka pun disuruh ke kantor. Ardiansyah yang disuruh untuk mendiamkan kelas segera berteriak keras dengan emosi karena pukulan pukulan tadi membuatnya kesakitan kelas yang tadinya hingar bingar keributan mendadak diam demi melihat Ardiansyah emosi seperti itu. Semuanya pada takut semua padanya. Aku yang terbiasa dengan dia bersikap biasa saja. Aku menenangkan dia dan dia tersenyum hangat kepadaku. Disitu aku mengetahui kalau dia emosian tidak bisa terkendali.
Hari itu aku terbiasa diantar ibuku sepulang sekolah tidak menyangka dia mengikutiku diam diam. Dia ingin mengetahui dimana rumahku. Aku yang biasa sepulang sekolah bermain dengan tetanggaku tidak menyangka kalau dia melihat dari jauh dan tak tahu dia mengendarai apa ke rumahku. Aku mengetahuinya setelah besok dia bersindir ria dengan teman karibnya tentang aku. Aku tersadar kalau yang mereka bicarakan itu aku dan aku kaget kenapa diam diam kenapa gak datang aja berkunjung ke rumah.
Hari pertama dia mendapat HP dari orang tuanya dia lansung meminta nomorku. Aku lagaknya jual mahal tidak memberikannya. Tidak peduli pada saat itu pagi ujian UN. Dia membujuk dan memohon kepadaku agar memberikan nomorku kepadanya akhirnya akupun menyerah dan memberikannya lalu dia ingin menfhotoku  aku tidak mau dan langsung lari. Padahal aku sebenarnya senang tapi gengsiku terlalu tinggi aku meninggalkannya. Kami ujian dengan tenang. Malamnya dia menelfonku. Malam kedua UN membuat orang tuaku mewajibkan aku belajar tidak yang lain lain. Demi melihat Ardiansyah menelfonku aku bersembunyi diboneka beruang besarku untuk memperkecil suaraku di kamar. Kami pun berbicara ngalor ngidul di telefon tidak terlalu lama kemudian kami belajar kembali.
Sebenarnya dia pernah ingin mengajakku untuk naik ke atas lantai dua berdua saja. Katanya ada yang ingin dibicarakan. Ketika itu kami dengan teman teman yang lain berkunjung ke rumah teman kami. Aku dengan gengsiku yang tinggi menolaknya dan mengajukan syarat jika teman teman ikut ke atas baru ke atas. Ketika itu dia diam tak berkata kata lagi dan tidak berusaha lain setelah itu.
Hubungan kami hanya sebatas teman dekat, tidak lebih.aku menyukainya dan aku tidak tahu dia menyukaiku atau tidak dia tidak pernah membicarakan hal itu sampai kami tamat SD walaupun dia hampir pernah membicarakan yeahh mungkin itu, mungkin yang lain, yang kami tidak mengerti mengapa nilai akhir kami sama walaupun cara belajar kami berbeda. Tanpa disadari kami pun menjauh.
Aku melanjutkan sekolah di SMP 4 Bengkulu. Dia di SMP 2 Bengkulu. Setelah itu dia kudengar menjalin hubungan dengan teman SMP nya dan ketika merasa tidak cocok memutuskannya dan mencari yang baru. Mudah dengan wajahnya yang mempesona itu ditambah dengan otaknya yang lumayan. Terakhir kudengar selama SMP ini dia sudah punya 14 mantan pacarnya. Sedangkan aku tidak pernah sekalipun menjalin hubungan dengan teman cowokku di SMP ini. Aku masih belum bisa melupakannya walaupun dia tampaknya melupakan kenangan bersamaku.
Ketika SMA sekolah kami dulu SDN 12 Bengkulu tepatnya kelas 6B angkatan kami dulu mengadakan reuni kecil kecilan hanya untuk kelas kami saja. Kami mengadakannya di kelas kami dulu kelas 6B di SDN 12 Bengkulu.  Ketika itu kaku ketika bertemu dengannya. Dia yang barusan putus dengan pacarnya yang terakhirpun merasa kaku ketika bertemu denganku. Sudah lama berdiam kata. Dia memulai percakapan kami dengan menanyakan kabarku. Beberapa menit kemudian baru kami bisa menguasai keadaan sepanjang reuni kami meminggir dari teman teman kami bercerita tentang masing masing masa SMP kami. “ Sebenarnya tidak ada yang benar benar cocok dengan kepribadianku ini. Sebenarnya dulu ada orang yang benar benar cocok dengan kepribadianku “ akunya. “O.. ya siapa itu ? “ tanyaku polos. “Itu kau Shofia” jawabnya menatapku. Aku tergagap dan kaget mendengarnya tidak menyangka kalau dia mengakui itu. Saat itu juga dia mengutarakan perasaannya padaku. “ Shofia sebenarnya sejak awal kamu duduk dibelakang aku dulu di kelas 5 SD aku sudah nyaman berada didekatmu, kita bermain bercerita tertawa itu sudah cukup indah kurasakan, jadi akupun tidak pernah menyinggung tentang perasaan itu kepadamu, Sekarang ketika remaja ini aku sadar kalau kaulah cinta pertamaku, Ketika aku menjalin hubungan dengan yang lain semua terasa berbeda, berbeda dengan dirimu, Maukah kau menjadi pacarku Shofia ?”
Pertanyaan itu menggantung di langit langit kelas kami yang hingar bingar di ujung sana. Aku masih terdiam lama sejak dia mengutarakan hal itu. ”Ardiansyah sebenarnya aku juga telah lama menunggumu untuk mengutarakan ini, sudah lama aku menantikan ini dahulu. Aku juga merasakan hal yang sama tapi maaf Ardiansyah aku tak bisa, Maafkan aku” jawabku menahan tangis dan pergi meninggalkannya. Hati dan pikiranku berontak ada apa denganku, bukannya sudah lama aku menantikan hal ini, tetapi aku juga tidak tahu kenapa aku harus menolaknya seperti ada sesuatu yang lain untuk tidak menerimanya sekarang. Aku menjahuinya, aku tidak pernah datang jika ada reunian lagi. Aku sekolah di SMA yang sama dengannya di SMA Negeri 4. Kami mengambil jurusan yang berbeda. Aku mengambil jurusan IPS dan dia IPA. Walaupunan kami berada satu sekolah tetapi kami jarang bertemu. Jika tiba tiba kami bertemu. Aku langsung pergi meninggalkannya. Tiga tahun berlalu tanpa adanya percakapan. Ketika kuliah aku mendapatkan basiswa ke Jepang. Sedangkan dia berjualan kerupuk kecil kecilan karena tidak mempunyai biaya untuk melanjutkan kuliah. Aku menjalani masa beasiswaku dengan amat baik sedangkan dia berusaha semaksimal mungkin untuk usahanya sendiri. Lama kelamaan jualan kerupuk kecil kecilan maju dan bertambah besar. Ardiansyah mulai merekrut beberapa pegawai untuk membantunya. Dia tetap mencari cari kabar mengenaiku di negeri Sakura tersebut. Setelah aku tamat aku pulang ke Indonesia dan lansung bekerja di pabrik Industri ternama di Bengkulu. Aku dijodohkan dengan pengusaha kaya raya oleh orang tuaku. Dia Andre  Aku menolak perjodohan tersebut dan berusaha semaksimal mungkin, tetapi orang tua memaksa dengan amat sangat. Semua undangan sudah disebar. Kesepakatan antara kedua keluarga sudah jelas untuk pernikahan kami minggu depan. Semua sudah disewa hotel besar untuk acara pernikahan tersebut, gaun pengantin yang amat sangat indah. Aku hanya dapat menangis di sisa sisa waktu ku di kamar.
Ardiansyah setelah mengethui hal itu. Dia selalu berusaha untuk mendatangi rumahku yang dikelilingi tembok tembok besar dan tebal. Orang tuaku pebisnis yang amat kaya raya berfikir penting untuk membuat pagar tembok yang penting mengingat banyak yang iri dengan kekayaan keluargaku. Belum lagi satpam yang berada dimana mana. Ardiansyah yang selalu mendatangi rumahku untuk bertemu denganku tidak diberikan kesempatan sekalipun untuk masuk oleh banyak satpam. Mereka tidak percaya orang seperti Ardiansyah mengenali aku. Aku mendengar  kabar itu. Aku tidak menghiraukannya walaupun ti lubuk hatiku yang paling dalam berharap dia bisa benar benar menyelamatiku sekarang.
Hari pernikahan tiba aku dengan baju pengantinku di kamar hotel bersiap untuk resepsi pernikahanku. Aku melihat ke cermin setelah semua pelayan yang mendandaniku pergi. Aku melihat wajahku yang sendu di kaca. Walaupun make up yang sangat tebal. Tidak bisa dibohongi kalau aku sedang sendu. Seketika itu aku melihat ada yang masuk melalui jendela kamarku lantai lima ini. Aku kaget serta merta kulihat dia  tersenyum menatapku. “Aku tidak berhenti Shofia hanya untuk dapat memasuki rumah ini, aku mempelajari banyak kungfu dan hipnotis seminggu terakhir ini dan aku menghipnotis semua satpam yang menjaga pagar belakang, dan aku dapat memanjat hotel lewat tempok luar ini hanya karenamu, Aku ingin membawamu Shofia. Hanya kita berdua. Kita akan pergi Shofia ke Negerimu dahulu, Negeri Sakura. Aku mendapatkan uang dari hasil usahaku di Indonesia, dengan itu kita memulai hidup yang baru di Jepang dan memulai usaha lagi disana. Apakah kamu mau menikah denganku Shofia?” kalimatnya mengucur keluar bersama senyuman manisnya.
Seketika itu ada yang mengetuk ngetuk kamarku. Tanpa piker panjang aku pergi dengannya melewati jendela itu kami perlahan bisa turun ke bawah dengan bantuan tali. Tidak ada yang menyangka ak pergi melewati pagar belakang. Pegawai yang dari tadi mengetuk ngetuk pintu tidak ada mendengar jawaban dari dalam menerobos masuk kedalam dan melihat tidak ada pengantin didalamnya. Semua pegawai sibuk mencari cari aku. Orang tuaku sangat panik. Dengan muka yang sangat menahan malu pernikahan dibatalkan semua undangan yang sudah hadir pulang dengan percuma. Keluarga Andre sangat marah dan merasa dipermalukan. Sedangkan Andre hanya tesenyum mendengar semua itu. Tidak masalah baginya. Karena orang tuanyalah yang juga memaksanya untuk menikahi putri pengusaha kaya tanpa cinta.
Seminggu kemudian tidak ada kabar mengenai aku. Oran tuaku sangat ngawatir dengan keadaan aku. Kemudian mereka menyadari atas kesalahan mereka sangat memaksakan aku untuk menikah dengan orang yang baru saja kukenal. Sedangkan kami sudah pergi ke Jepang. Kami menikah disana dan menjadi penduduk setempat. Ardiansyah memulai usahanya sendiri berjualan kerupuk dan aku bekerja di pabrik industri di Jepang. Dua tahun kemuadian aku mengandung betapa bahagia kami akan segera mempunyai anak. Ardiansyah melarang aku untuk bekerja lagi dan usaha kerupuknya semakin lama semakin besar.
Satu tahun kemudian aku melahirkan bayi laki laki yang kami beri nama Alfian, fi itu kependeaan namaku Shofi dan ian itu kependekan dari Ardiansyah. Kami hidup bahagia di Negeri Sakura tersebut. Sehingga akhirnya hatiku pun terketuk untuk kembali lagi ke Indonesia menemui orang tuaku dan meminta maaf pada mereka dan mengenalkan suami dan anakku kepada mereka.
Ardiansyah menyetujui permintaanku dan kami pulang ke Indonesia. Aku disambut penuh suka cita dirumahku karena aku satu satunya anak tunggal mereka. Mereka mendengar keluh kesahku dan menerima suamiku dan mereka sangat senang mengetahui mereka sudah mempunyai seorang cucu. Kami membangun rumah baru kami di Bengkulu dan merintis usaha pabrik kerupuk lagi hingga besar.
Aku terbangun di malam hari dan melihat suamiku tertidur sangat nyenyak. Aku memandangi wajahnya. Terbayang aku dengan wajah masa kecilnya yang amat sangat berbeda dengan sekarang. Dulu polos dan putih amat gemas dan lucu dan sekarang terasa amat menawan dari dahulu hingga sekarang. Cintaku yang pertama dan terakhir dan aku menyadari kalau aku pernah salah menilai tentang Cinta. Aku menyesali akan hal itu.

Kadang ketika kita merasa bahwa tak kan ada yang mencintai kita apa adanya, Sadarlah kalau itu salah, Percayalah bahwa memang ada yang akan mencintai kita apa adanya. Tetaplah berfikir positif tentang Tuhan maka Cintamu akan bahagia di akhirnya.